KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Sebagai upaya menekan laju inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sultra mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari agar menjadi daerah agropolitan.
“Kita harapkan Kendari kedepannya menjadi agropolitan yaitu kota yang mandiri, modern, dari sisi pertaniannya. Ini yang bisa kita bangun secara bersama-sama,” ungkap Kepala BI Sultra Doni Septadijaya. Senin (9/1/2022)
Dia menambahkan, dengan pemanfaatan lahan yang ada lahan pertanian, dirinya optimistis daerah ini bisa menjadi kota pertanian.
Secara umum, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Kota Kendari pada khususnya memiliki lahan yang cukup luas di tengah-tengah kota, sehingga dapat mendukung terwujudnya daerah agropolitan.
“Dengan lahan yang luas, kita masih mengimpor kebutuhan pangan terutama sayur, bawang merah, cabe dari daerah lain. Ketergantungan dengan daerah lain ini mengakibatkan harganya menjadi fluktuatif,” jelas dia.
Untuk itu, pentingnya membentuk Kendari sebagai agropolitan. Diharapkan, hal tersebut dapat menekan laju inflasi karena bisa mengurangi impor pangan dari luar daerah termasuk sebagai lokasi edukasi pertanian.
Oleh karena itu, masih dia, pihaknya bersama Pemerintah Daerah Kota Kendari, terus berupaya melakukan pengendalian inflasi melalui sektor pertanian di awal tahun 2023 ini. Diantaranya melalui penanaman bibit cabai dan bawang merah di kebun kelompok tani yang saat ini dikembangkan di tengah kota seperti Kelompok Tani Anoa Hidroponik Kendari di Kecamatan Kambu.
Jika pengembangan pertanian didaerah itu berhasil, terang Doni, maka lima tahun ke depan daerah tersebut bisa menjadi daerah kampung hidroponik atau kampung organik sehingga tidak hanya bisa memproduksi pangan, tapi juga bisa memberikan edukasi pengembangan pertanian.
“Cukup menarik kedepannya, Kendari menjadi best prakris hidroponik Sultra, bahkan bukan hanya Sultra nsmun juga Sulawesi secara luas dan Indonesia pada umunya. Melalui pemanfaatan lahan yang ada,” terang Doni Septadijaya.
Sementara, Pj Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu mengatakan, pengendalian inflasi melalui sektor pertanian menjadi gebrakan dan gerakan secara konsisten pihaknya dalam mengendalikan inflasi dari sisi sektor ketahanan pangan.
“Langkah kita untuk mengendalikan atau menekan laju inflasi adalah dengan meningkatkan pasokan komoditi bawang merah dan cabai ke pasar secara berkesinambungan,” jelasnya.
Asmawa menyebut, selain Kelompok Tani Anoa Hidroponik di Kelurahan Kambu yang menanam cabe dan bawang merah seluas 1,5 hektare dari 3 hektare lahan yang siap, pihaknya juga sebelumnya telah mengembangkan tanaman bawang merah melalui demplot seluas 0,5 hektare di Kelurahan Labibia oleh Kelompok Tani Matanggonawe.
“Kita berharap gerakan ini bisa meningkatkan produktivitas, paling tidak kalaupun kita harus mensuplai pasokan cabe merah dan bawang merah dari daerah lain. Maka kita tinggal menambah saja tapi dasarnya sudah ada di Kota Kendari,” katanya.
Adapun pemicu utama tingginya inflasi termasuk di daerah pada tahun 2022 mencapai 6,85 persen, dikarenakan sektor transportasi khususnya transportasi udara dan bahan bakar minyak.
“Kita harap dukungan dari Bank Indonesia dan Bulog Sultra yang tergabung dalam tim pengendalian inflasi daerah (TPID) bersama-sama dapat mengendalikan inflasi di Kota Kendari,” pungkas dia.
Reporter : Nurul
Editor : Rasman