Polda Sultra Bersama Forkopimda Gelar Deklarasi Damai

Sultra Raya1368 Dilihat

KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar sarasehan diskusi dan deklarasi damai dengan tajuk merawat harmoni, merajut kebhinekaan dalam perbedaan guna menjaga situasi Kamtibmas yang kondusif.

Diskusi dan deklarasi damai tersebut digelar di Aula Dachara Polda Sultra, dan dihadiri Forum Kordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) serta 18 perwakilan organisasi kerukunan etnis di Sultra.

Hal tersebut merupakan cara persuasif dan edukatif dilakukan pemerintah dan Kepolisian Sultra dalam menyikapi kondisi keamanan dan ketertiban di Kota Kendari.

Kegiatan ini juga menyikapi persoalan-persoalan di Kota Kendari yang beberapa waktu lalu masyarakat digegerkan dengan perseteruan dua kelompok massa, yang masing-masing membawa senjata tajam (Sajam) serta tindakan anarkisme.

Bahkan peristiwa kedua masa yang bertikai itupun memicu beragam respon negatif serta keresahan dari berbagai kalangan masyarakat.

Dalam hal ini Kapolda Sultra , Irjen Pol Drs. Yan Sultra Indraya mengatakan, semua pihak harus bertanggung jawab dalam menciptakan situasi Kamtibmas yang ada di Sulawesi tenggara.

“Globalisasi memunculkan kejahatan dimensi baru hoax banyak beredar mengganggu kerukunan dan kehidupan berbangsa,” ujar Kapolda Irjen Pol Drs. Yan Sultra Indraya dalam sambutannya.

Yan Sultra juga berharap, agar semua pihak harus merasa bertanggung jawab untuk menjaga keberagaman apalagi dimasa sekarang ini di zaman globalisasi semua informasi menghasut sering beredar tanpa jelas kebenarannya.

“Memudarnya nilai luhur kebangsaan, paham terorisme, anarkisme, separatisme, serta intoleransi terus meronrong rasa persaudaraan kita, dari dialog yang digelar seperti ini dapat menumbuhkan persaudaraan, menjaga keragaman, merajut persatuan serta menghilangkan benih-benih pertikaian,” jelasnya.

Ditempat yang sama, Gubernur Sultra Ali Mazi juga mengatakan, bahwa Sultra adalah daerah multikulturalisme yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, etnis, dan budaya.

“Multikulturalisme membawa dampak positif maupun negatif dampak positifnya dapat memperkokoh persatuan. sementara, dampak negatifnya dapat menimbulkan perpecahan untuk itu, dibutuhkan dialog berkala antara semua tokoh, diantaranya tokoh masyarakat, agama, adat, paguyuban, serta ormas lainnya,” ucap Ali Mazi.

Gubernur Sultra juga menambahkan, sarasehan seperti ini sangat penting bagaimana kita bersilahturahmi untuk saling memahami, bagaimana kita menjalin kedekatan batin kita, karena nda ada gunannya kita bertikai. Tak hanya itu, pemberdayaan ekonomi kepada semua masyarakat harus dilakukan tanpa melihat latar belakang suku, agama, budaya, maupun gender.

“Ini yang kita tekankan, pemberdayaan demi terwujudnya keadilan. Sementara itu, media harus pro aktif berperan menghadirkan berita yang mencerahkan guna menangkal berita yang menyesatkan,” pungkasnya.

 

Reporter : Krismawan
Editor : Wahyu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *