Perayaan Nyepi di Kendari Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Kendari516 Dilihat

KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, rangkaian perayaan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1943 yang jatuh pada tanggal 14 Maret 2021 di Kota Kendari kali ini berlangsung cukup khidmat meskipun tidak di laksanakan secara meriah.

Nyepi tahun ini dilaksanakan dengan prosesi ritual yang disesuaikan dengan protokol Kesehatan. Ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tenggara DR. Eng. Nyoman Sudiana. M. Si mengatakan, sesuai dengan keputusan bersama dan petunjuk PHDI Pusat, rangkaian pelaksanaan Nyepi tahun baru Saka 1943 di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan tetap dengan rangkaian Melasti, Tawur Kesanga hingga melaksanakan Catur Brata Penyepian dan Ngembak Geni di rumah masing-masing umat.

“Seluruh prosesi dilakukan dengan merujuk dasar hukum dan ketentuan penanganan Covid-19 yang diikuti oleh jumlah umat yang terbatas serta penerapan protokol kesehatan 5M (Menggunakan masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, menghindari kerumunan, Mengurangi Mobilitas),” katanya, Sabtu (13/3/2021).

Sementara itu, ritual melasti yang biasanya diikuti ratusan umat Hindu Kota Kendari bersama umat lainnya dari wilayah terdekat, kali ini hanya dilakukan secara sederhana oleh sejumlah pemuka agama saja.

Ketua Kerukunan adat Banjar suka Duka Sindhu Mertha Kota Kendari, I Nengah Setiawan. S.Pd menyatakan, tanpa mengurangi esensi makna dan prosesi ritualnya, upacara Melasti yang di laksanakan hari Jumat 12 Maret 2021 kemarin di pantai Nambo hanya meniadakan proses persembahyangan bersama di Segara (laut, red).

“Sembahyang bersama dilakukan di Pura Penataran Agung Jagadhita Kota Kendari, dengan jadwal dan jumlah umat terbatas yang di atur secara bertahap.

Rangkaian Melasti kemudian di lanjutkan dengan upacara Tawur Kesanga hari ini (Sabtu, 13/3/2021, red) yang dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Sri Rastra Prabu Darmika,” ujarnya.

Di desa atau wilayah lain di Sulawesi Tenggara, pelaksanaan Melasti ini dilaksanakan pada lokasi yang paling dekat dengan sumber air di wilayah tersebut, baik itu sungai, danau ataupun bejian tanpa harus melintasi batas desa/wilayah masing-masing.

Sementara dalam rangkaian Nyepi tahun ini, umat Hindu tidak diperkenankan mengarak atau melakukan pawai Ogoh-Ogoh seperti yang biasanya dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Pada perayaan Nyepi, umat Hindu melaksanakan berbagai ritual. Aspek pertama dari ritual Hari Raya Nyepi adalah “Amati Geni.” “Amati Geni” merupakan sebuah ritual yang melarang penggunaan api atau cahaya selama Hari Raya Nyepi. Aspek kedua dari ritual Nyepi adalah “Amati Karya.” Dalam ritual “Amati Karya” umat Hindu tidak diizinkan untuk bekerja selama Hari Raya Nyepi. Aspek ketiga dari ritual adalah “Amati Lelunganan”, yang menyatakan bahwa tidak seorangpun diizinkan untuk berpergian selama Hari Raya Nyepi berlangsung.

Sedangkan Aspek terakhir dari ritual Nyepi adalah “Amati Lelanguan”. Ritual ini menyatakan bahwa setiap orang di Bali harus berpuasa selama berlangsungnya Hari Raya Nyepi. “Amati Lelanguan” juga mengharuskan umat Hindu untuk menahan diri dari kegiatan yang bersifat hiburan.

Selama Hari Nyepi, umat Hindu diharapkan untuk melakukan refleksi akan perilaku yang mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir. Momen Nyepi juga biasanya dimanfaatkan untuk beristirahat dan berpikir tentang cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan di tahun mendatang.

 

Penulis : Wahyu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *