KENDARIAKTUAL.COM, WANGI-WANGI – Memiliki kredibilitas dapat mematahkan politik dengan biaya tinggi (High Cost). Hal itu dikatakan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten WakatobiAdam Bahtiar pada sosialisasi kesetaraan gender di bidang politik dan jabatan publik di Kecamatan Kaledupa, Rabu, (11/11/2020).
Dikatakannya, soal finansial sebagai tolak ukur itu benar dan ada juga tidak benarnya, gender meningkat karena kualitas, terutama integritas pribadinya. Sehingga bisa mematahkan politik dengan biaya tinggi.
“Untuk mematahkan politik dengan biaya tinggi, ini harus ada kesadaran bersama. Bahwa kalau kita menerima money politik, berarti kita termasuk menjual harga diri dan daerah kita. Kalau ada kesepahaman seperti itu, tidak bakal berlaku ini money politik.
Sehingga kredibilitas itu bisa mengalahkan uang,”ujarnya.
Penyuluh Agama Kementerian Agama Kabupaten Wakatobi Rasida menjelaskan, seorang perempuan mau terjun ke dunia politik tentu materi atau finansial itu penting.
“Ada betul dan juga tidak betulnya, bahwa memang kita tidak pungkiri bahwa cost untuk masuk dalam dunia politik itu besar. Tapi ketika seseorang atau seorang perempuan miliki kapasitas, kuantitas, dan kapabilitas, saya kira dia perlu dulu untuk masuk kesana mempelajari. Lalu ikut secara utuh dalam dunia politik,”katanya.
Sehingga kapasitas dan kuantitasnya itu yang akan berbicara, kata dia, ada orang yang materi/finansial dan isi tasnya kurang tapi bisa menembus kursi legislatif. Hanya saja costnya memang tinggi ketika belum punya kualitas.
Lanjut dia, dalam suatu partai, perempuan belum pernah didudukan atau mungkin masih jarang ditempatkan pada nomor urut tertinggi dan selalu mendapat nomor urut sepatu.
“Dalam artian bahwa perempuan masih mendapatkan peran untuk pelengkap 30 persen dalam jabatan publik mapun politik. Coba kalau ditempatkan pada bagian nomor urut teratas misalnya, kalau memang ingin diangkat sebagai publik figur di dunia politik, saya kira itu tidak sulit. Hanya memang selalu nomor tiga kebawah. Tidak pernah itu nomor teratas, kalaupun ada itu sangat jarang,”ucapnya.
Jika suatu partai serius ingin meloloskan seorang perempuan dalam dunia politik, menurutnya harus dipertimbangkan, agar jangan selalu ditempatkan pada posisi tiga kebawah.
“Harapan saya besar sekali, khususnya sosialisasi seperti yang kita lakukan ini membuka orientasi bagi kita. Bahwa memang perempuan itu perlu mendapatkan pengembangan pendidikan politik untuk perempuan. Karena banyak diantara mereka yang ingin terjun mengetahui seperti apa itu politik. Apakah harus kita yang mendaftar, atau kita yang direkrut atau merekrut, sementara politik itu penting bagi seorang perempuan.
Lebih lanjut dosen disalah satu perguruan tinggi itu menjelaskan, dari zaman Nabi dulu sudah diajarkan berpolitik, bahkan siti Khadijah saat itu melobi agar bagaimana baginda Rasulullah SAW tidak selalu dicekal oleh orang-orang kafir quraish dalam berdakwah.
“Jadi kitapun perempuan juga boleh terjun dalam dunia politik. Supaya kita tahu dan merasakan ketika sudah ada disitu. Ikut serta dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Apalagi masih sangat jarang perempuan yang terjun ke dunia publik. pernah presiden kita seorang perempuan dan menteri-menteri juga sudah ada,”jelasnya.
Itupun juga masih sedikit diantara jutaan perempuan pekerja lainnya. Namun ketika bekerja di bidang domestik, itu tidak terhitung, yang terhitung hanya yang bekerja dalam dunia publik.
“Saya ingin sekali perempuan itu memperkaya diri dengan ilmu, memperbanyak wawasan dan keilmuannya. Sehingga bisa menjadikan perempuan itu sumber daya. Turut serta dalam pembangunan, dan pengambilan kebijakan agar tercipta SDM perempuan yang tangguh,”tutupnya.
Kontributor : La Ode Suhardin