Penulis: Muthmainnah Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas FISIP UHO
KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Sejak kemunculan vaksin Covid-19 di Indonesia mendapat berbagai pro dan kontra. Sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 yang tiba di Indonesia, pada Minggu (6/12/2020) lalu, sampai pada saat vaksin pertama yang di lakukan langsung oleh bapak Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo, pada Rabu, 13 Januari 2021 tak henti-henti menuai kontrofersi.
Terdapat sebagian masyarakat yang mendukung pelaksanaan vaksin Covid-19 dan sebagiannya lagi tidak mendukung.
Pasalnya terdapat taktor-faktor yang menyebabkan keraguan masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19, yakni ketidakakuratan penyampainyan mengenai kandungan vaksin yang akan di gunakan serta efek samping setelah penggunaan vaksin tersebut.
Dikutip dari thecovercation.com, terdapat beberapa leve-level keraguan vaksin. Sikap masyarakat awam terhadap vaksin tidak sesederhana mengkutub secara jelas antara pro-vaksin dan anti-vaksin.
Kepercayaan mereka terhadap manfaat faksin merupakan rangkaian yang memiliki gradasi. Ada sebagian masyarakat yang menerima semua program vaksinasi dan idealnya meyakini kemanjurannya, sampai ada yang menolak total sama sekali meski vaksinnya tersedia.
Sikap dan pengambilan keputusan seseorang untuk berpartisipasi pada vaksinasi merupakan masalah yang kompleks karena berkelindan dengan pemerintah dan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Selain itu, fenomena ini sangat senstif terhadap konteks, berfariasi antara waktu, tempat dan jenis vaksinnya. Seseorang bisa menolak di vaksin polio untuk anaknya misalnya, namun orang yang sama bisa menerima untuk di vaksin Covid-19.
Keputusan seseorang menolak faksin tidak seharusnya di landasi alasan yang tidak masuk akal atau bukan konspiratif. Misalnya, dari survei kementrian kesehatan itu, di kelompok yang sama sekali menolak vaksin (7,6%), mayoritas dari responden (52%), berencana menolak vaksinasi karena tidak yakin atas keamanan dan kemanjurannya.
Alasan mereka sangat masuk akal, mengingat survei ini di lakukan pada November 2020, sebelum adanya vaksin Covid-19 di nyatakan aman dan manjur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Begitu izin penggunaan darurat sudah turun, logikanya proporsi yang menolak seharusnya semakin mengecil.
Sementra itu, peluncuran vaksin di Sulawesi tenggara di mulai sejak tangga 5 januari 2021.
untuk itu, terdapat dua tahap peluncuran vaksin di Sulawesi tenggara yakni pada tahap satu di lakukan pada tanggal 5 januari dengan membawa sebanyak 20.400 dosis vaksin. Sedangkan pada tahap 2 di lakukan pada tanggal 22 januari 2021 dengan jumblah vaksin sebanyak 22.960.
Vaksin pada tahap pertama digunakan pada tanggal 14 januari 2021 lalu. Pelaksanaan vaksinasi di Sultra telah berlangsung di dua daerah, yakni Kota Kendari dan Kabupaten Konawe.
Berdasarkan laporan Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra pada Kamis, 21 Januari 2021, total realisasi kegiatan vaksinasi mencapai 1.135 orang, dengan rincian 864 orang di Kota Kendari dan 271 orang di Konawe.
Sedangkan jumlah sasaran vaksin untuk tenaga kesehatan (nakes) sebanyak 21.243 orang yang telah terdaftar pada aplikasi P-Care milik Kementerian Kesehatan RI. Jumlah tersebut tersebar di 17 kabupaten/kota.
Dari total yang divaksin yakni 1.135 orang tersebut, kaum perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki baik di Kota Kendari maupun di Kabupaten Konawe.
Disisi lain, ada 10 penyebab sehingga vaksinasi bagi para nakes ini batal atau tertunda, yakni karena mereka mengalami hipertensi saat hendak divaksin, menderita penyakit kronis, sedang menyusui, hamil, penyintas Covid-19, menderita diabetes, penyakit paru kronis, jantung, kanker, dan penyakit ginjal. Persentase terbesar karena mengalami hipertensi, yang mencapai 59 orang.