KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), komitmen mengembangkan pertanian organik di kawasan persawahan Amohalo Kelurahan Baruga Kecamatan Baruga.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyiapkan ternak sapi yang akan mendukung pertanian organik tersebut melalui pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi.
Upaya pemerintah Kota Kendari ini mendapatkan dukungan dari Ketua DPRD Kota Kendari Subhan. Kata Subhan mulai tahun 2023 DPRD Kota Kendari sudah menyetujui pengadaan ternak sapi untuk mendukung penyediaan pupuk organik.
Apalagi kata Subhan hasil uji coba yang dilakukan di kawasan persawahan Amohalo beberapa waktu lalu, sudah menunjukkan hasil yang memuaskan, sebab dari perlakuan terhadap satu hektare sawah hasilnya bisa dia kali lipat dari produksi sebelumnya.
“Ini menjadi satu tantangan, sehingga harus ditindaklanjuti apakah ini hanya untuk padi. Makanya kita berharap ini juga bisa untuk tanaman lain,” harapnya.
Menurutnya jika pengembangan pertanian organik bisa dikembangkan, maka lahan sempit yang ada bisa memberikan hasil yang maksimal.
Kepala Dinas Pertanian Kendari, Sahuriyanto Meronda mengatakan, ternak sapi tersebut akan dianggarkan secara bertahap yang dimulai di tahun 2023, sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan pertanian organik.
“Pengadaan ternak sapi untuk mendukung pertanian organik tersebut dilakukan secara bertahap, untuk tahun 2023 ini rencana 26 ekor kita akan realisasikan, untuk sapinya ini mudah-mudahan bisa berkembang dan bisa dirawat dengan baik nantinya,” ungkapnya.
Pertanian organik sangat baik karena berkelanjutan dan berbeda dengan sistem kimiawi yang dapat merusak lingkungan. Dimana jangka pendek hasilnya bagus, tetapi di tahun-tahun berikutnya produksi akan menurun karena unsur haranya menjadi rusak.
“Ini menarik sekali, baik sekali, karena justru dengan pendekatan ini, metode ini justru malah semakin subur. Ada efisiensi mengurangi biaya karena tidak lagi menggunakan pupuk yang harus berasal dari produk dibeli,” lanjutnya.
Mantan Camat Kendari Barat ini juga mengungkapkan, produksi padi sawah dengan pertanian organik di Persawahan Amohalo meningkat dari setiap panen yang awalnya hanya 5 ton per hektare dengan sistem organik ini hasil panen sampai dengan 9.6 ton per hektare. Produk padi organik dari kawasan Persawahan Amohalo ini satu satunya adalah beras Owoha.
Pengembangan pertanian organik yang dilakukan Pemkot Kendari ini mendapat dukungan dari Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra.
Metodologi pertanian organik ini dianggap oleh Bank Indonesia (BI) sebagai upaya menekan inflasi daerah khususnya di bidang pertanian.
Perwakilan BI Sultra, Aryo Wibowo T. Prasetyo mengatakan Bank Indonesia mengaku siap membangun laboratorium MA11 yakni pengolahan pupuk organik dan kandang sapi di kawasan Amohalo agar para petani berkelanjutan menerapkan sistem pertanian organik.
“Harapannya ke depan popularitas padi sawah di Kendari lebih meningkat menjadi tiga kali lipat seperti yang sudah dilakukan di Kabupaten Konawe, jadi kami komitmen memberikan bantuan seperti ini sehingga stimulus perekonomian terus terjaga,” katanya.
Untuk tahap awal Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara memberikan bantuan paket bio digester pada kelompok tani di Amohalo untuk mengolah kotoran ternak menjadi pupuk organik. (Adv)