KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Disebut oleh sejumlah mantan pengurus PODSI Sulawesi Tenggara (Sultra) selama Abdurrahman Shaleh (ARS) memimpin prestasi dayung tidak berprestasi, mendapat tanggapan dari dua mantan pengurus PODSI setempat.
Mantan ketua bidang Pembinaan dan Prestasi PODSI Sultra julywahyudin mengatakan, aneh kalau ada pernyataan bahwa masa kepengurusan PODSI Sultra prestasi dayung merosot di PON. Sebab jika bicara prestasi dimasa kepengurusan ARS justru mengalami peningkatan.
Disebutkannya meningkat ungkapnya, sebab saat PON XVIII di Riau tim dayung Sultra meraih 3 emas dan pada saat PON XIX tim dayung Sultra meraih 5 emas. Jadi kalau ada pernyataan tidak berprestasi hal tersebut tidak benar dan terkesan mengada-ada.
“Satu lagi yang saya mau klarifikasi pada PON XVI dan XVII tim dayung Sultra tidak pernah meraih 9 emas. Untuk PON XVI hanya meraih 8 emas dan di PON XVII hanya 7 emas,” jelasnya, pada kendariaktual.com, Jumat (18/9/2020).
Pria yang akrab disapa Aco ini mengakui, di PON XVIII prestasi dayung Sultra merosot. Tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga mengalami penurunan prestasi di Riau. Salah satunya nomor yang menjadi penyumbang emas Sultra di PON XVII tidak lagi dipertandingkan pada PON XVIII tidak lagi dipertandingkan.
“Di PON XVIII ini masa transisi bagi Sultra. Selain tidak dipertandingkannya nomor andalan Sultra, PB PODSI memberlakukan pembatasan usia sehingga mendayung andalan Sultra saat itu seperti Lasmin, Jamaluddin dan beberapa atlet senior Sultra lainnya sudah tidak lagi turun bertanding hal inilah yang menjadi salah satu penyebab turunnya prestasi di Sultra,”terangnya.
Satu hal lagi lanjutnya, saat 2012 itu ARS melanjutkan pembinaan yang dilakukan oleh Ketua PODSI Sultra sebelumnya Fikri Joenoes. Jadi prestasi di PON XVIII jika dinilai gagal seluruhnya tidak penuh tanggung jawab ARS.
Menariknya lagi tuturnya, pelatih yang menangani tim dayung Sultra saat itu adalah Lasmin, dirinya dan Herman Harun. Dengan begitu, kalau prestasi dayung dianggap gagal maka Lasmin dan Herman Harun merupakan bagian dari pihak yang harus bertanggung jawab dengan kegagalan Sultra.
Sementara itu mantan Ketua Harian PODSI Sultra M Idham Hatta menerangkan, dalam pelaksanaan Musprov PODSI Sultra sama sekali tidak ada yang ditutup-tutupi kepada Pengcab PODSI Muna dan Kolaka. Sebab pada 9 September pihaknya sudah mengirimkan surat undangan Musprov ke Pengcab PODSI Kabupaten dan Kota se Sultra.
“Jadi kalau ada yang menyebutkan Musprov PODSI Sultra ditutup-tutupi itu tidak benar. Sebab saya sudah mengirim undangan dan sebelumnya saya sudah melakukan komunikasi dengan Sekum PODSI Muna dan sekum PODSI Kolaka terkait jadwal pelaksanaan Musprov,”terangnya.
Kalaupun dinilai terlambat tukasnya, hal tersebut bukanlah sebuah kesengajaan. Sebab pihaknya menunggu kepastian jadwal dari PB PODSI untuk menghadiri Musprov PODSI Sultra. Tetapi ketika sudah ada kepastian jadwal pihaknya langsung mengirim undangan ke Pengcab.
Sehubungan adanya pernyataan olahraga dayung terpecah dua, Idham menyatakan, hal tersebut lumrah dan terjadi di forum Musprov. Tetapi setelah pelaksanaan Musprov seluruh insan dayung bersatu untuk memajukan prestasi Sultra.
Adapun pernyataan ARS berambisi menjadi ketua PODSI Sultra, Idham membantah hal tersebut. Sebab ARS kembali siap menjadi Ketua Pengprov PODSI Sultra setelah diminta kembali oleh Pengcab Podsi yang ada didaerah ini.
“Salah satu buktinya ARS tidak berambisi adalah beliau sebelum menandatangani pernyataan siap maju menkadi ketua PODSI sultra melemparkan pertanyaan ke anggota Musprov dan saat itu hampir seluruh peserta menginginkan ARS maju kembali menjadi Ketua PODSI Sultra, “tukasnya.
Reporter : Rezky