KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI –
Pembangunan jembatan penghubung pulau Buton-Muna merupakan salah satu wujud dari Gerakan Akselerasi Pembangunan Daratan dan Lautan (Garbarata) yang menjadi program andalan pemerintah provinsi (pemprov) Sulawesi tenggara (Sultra)
Proyek megah dengan taksiran anggaran hingga Rp.1,4 triliun itu direncanakan memiliki panjang hingga 1.180 meter dan lebar 20 meter. Jembatan yang memasuki tahap review design itu pun secara istimewa dinamai jembatan Tona oleh Gubernur Sultra Ali Mazi
Tak heran Jembatan yang konon menghubungkan dua pulau bersaudara itu menjadi sorotan dan perbincangan masyarakat setempat.
Salah satu tokoh muda asal Muna Barat Jabar M Top bahkan akan mengirimkan surat resmi kepada Ali Mazi untuk mengusulkan nama lain jembatan itu dengan sebutan Al Buthuni Wal Munajat
“Saya usulkan nama itu sesuai dengan sejarah terbentuknya negeri Buton dan negeri Muna yang di kutip di dalam buku Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wal Daarul Munajat atau dikenal dengan buku Tambaga,” kata Jhabar pada kendariaktual.com, Rabu (04/02/2021)
Jhabar mengungkapkan, perubahan itu sebagai upaya untuk menanamkan pengetahuan sejarah kepada generasi negeri Muna dan negeri Buton
“Saya hanya mengusulkan, yang menetapkan Gubernur, kalaupun tidak setuju tidak apa-apa,” tutur ketua Gema Nusa itu
Jhabar mengatakan bahwa ia telah berkeliling wilayah Sultra dan mendapatkan gedung, kampus, bandara dan bangunan stategis lainnya yang diberi nama tokoh di dalam sejarah
“Misalnya seperti Sultan Murhum, Haluoleo, jembatan Bahteramas, namun belum ada bangunan dengan dengan nama sejarah terbentuknya suatu negeri” imbuhnya
Padahal kata Jhabar, Al Buthuni Wal Munajat merupakan catatan sejarah penting yang perlu dipahami oleh generasi mendatang
“Ini memperkaya khasanah kearifan lokal dan mempertahankan eksistensi adat budaya bagi generasi kedepan bahwa NKRI cerdas dengan tidak melupakan sejarah sebagimana yang pernah di ungkapkan oleh Bung Karno”pungkasnya
Reporter : Muhammad Iqra
Editor : M Rasman Saputra