KENDARI AKTUAL.COM, TIRAWUTA – Gelombang dukungan terhadap pasangan Samsul Bahri Madjid-Andi Merya Nur (SBM) kembali mengalir. Salah seorang tokoh pemekaran Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), H. Muhammad Buddu secara pribadi dan keluarga menyatakan sikap mendukung kedua pasangan tersebut.
Alasannya, sebab pasangan SBM merupakan anak Koltim yang paham dan mengerti akan kondisi daerahnya sendiri.
Selain itu, kedua pasangan ini mampu menunjukan itikad baik dan penghargaan terhadap dirinya sebagai salah satu tokoh masyarakat di Koltim.
“Kebetulan waktu berkunjung ke rumah, keduanya lengkap datang. Keduanya juga aktif komunikasi dengan kami. Dari awal keduanya selalu intens komunikasi, “katanya saat ditelepon, Senin (3/8/2020)
Diungkapkan, selain pasangan SBM, ada juga balon (bakal calon) yang datang dan menemuinya secara langsung. Tetapi, sepertinya H Buddu kurang memberikan respon dukungan.
“Yang datang hanya sendirinya saja. Hanya bakal calon (balon) 02 saja. Saya katakan padanya, apakah kamu bisa perjuangkan aspirasi masyarakat apabila ada permintaan begini atau begitu. Saya bilang kamu ini kan 02 masih ada 01-nya,” tukasnya.
Mantan kandidat pilkada Koltim tahun 2015 lalu menyatakan, berdasarkan pengamatan pribadinya bahwa saat ini kebanyakan masyarakat Koltim menginginkan terjadinya perubahan tongkat kepemimpinan yang selama ini dipegang oleh Tony Herbiansyah.
Menurut dia, Tony telah gagal total (gatot) membawa Koltim yang pernah mereka perjuangkan dalam kemajuan, utamanya dari sisi pembangunan daerah.
Banyak infrastruktur yang dibangun tanpa memperhatikan skala prioritas berdasarkan kebutuhan daerah maupun kebutuhan masyarakat. Bahkan secara tegas ia menyatakan jika ada pembangunan yang sifatnya mubazir.
“Kalau saya secara pribadi sudah tidak perlu ada lagi dua periode. Cukup satu kali saja. Karena banyak hal-hal yang diperbaiki tetapi lain diperbaiki. Seperti istana (rujab bupati maksudnya), dia yang bikin sendiri baru dia tidak tempati. Malahan dia bikin lagi. Itu kan mubazir,”ucap H Buddu.
Contoh lain dari kegagalan Tony Herbiansyah, lanjut H Buddu adalah masih banyaknya jalanan kabupaten yang belum tersentuh sehingga menyulitkan masyarakat itu sendiri untuk melalui jalur tersebut.
“Seperti di Kecamatan Uluiwoi dan Kecamatan Ueesi, belum pernah masyarakat melalui jalan yang bagus disana. Seperti juga jalan poros rate-rate menuju Lambandia. Itu sudah hancur total. Pemda pun tidak boleh hanya beralasan bahwa itu adalah jalan provinsi. Kalau saya, sekalipun jalan negara jika banyak masyarakat saya yang lalui maka saya akan gunakan dulu anggaran daerah. Setelah anggaran negara keluar baru saya kembalikan anggaran daerah, “jelasnya.
“Kenapa mau takut, ini kan masyarakat Koltim yang lalui. Kamu sendiri juga biasa lalui. Atau mungkin karena kendaraan dia beda sehingga tidak terlalu merasakan kondisi jalan. Bagaimana kalau propinsi tidak mau turunkan anggaran selama lima tahun, maka lima tahun masyarakat susah melalui jalan tersebut, hancurlah masyarakat. Mau tunggu orang provinsi mau datang kerja, kalau saya itu alasan tidak masuk akal. Kalau juga beralasan ada waduk, waduh,”lanjut H Buddu.
Hal lain yang disayangkan sekali H Buddu adalah lokasi penempatan kantor DPRD Koltim. Dimana, pembangunan kantor tidak disesuaikan dengan perencanaan yang baik dan merugikan masyarakat itu sendiri.
“Manakala ada aksi unjuk rasa, disitukan terhalang masyarakat utamanya pengguna jalan yang melintas baik dari arah rate-rate menuju Lambandia atau sebaliknya. Itulah saya bilang membangun seenak dia. Tidak pernah melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat supaya bisa dibicarakan bagaimana dengan pembangunan ini, bagaimana dampaknya ke depan. Ini tidak ada saya lihat, “katanya.
Reporter : Haswin Rangga